Alasan Honda Tak Anggap Mobil China Sebagai Rival
- Pertumbuhan mobil merek China bisa dibilang melesat dalam waktu yang cukup singkat di Indonesia. Salah satunya seperti Wuling yang sukses menggoda konsumen Tanah Air dalam waktu relatif instan.
Bila dilihat, dalam waktu dua tahun, wuling sudah bisa mencuri porsi pasar segmen low multi purpose vehicle (LMPV). Belum lagi dengan SUV turbo terbaru, Almaz, yang siap mencuri perhatian calon konsumen dengan ragam fitur serta harga yang menggoda.
Otomatis sepak terjang Wuling pun tak bisa dianggap remeh. Namun kendati demikian, Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy, mengatakan bila mobil China bukan lah kompetitor bagi produk-produknya.
"Tidak (bukan saingan), kalau merek China mereka punya pasarnya sendiri. Tantangan besar mereka juga masih ada seperti purna jual, biaya servis, resale value, dan lainnya," ucap Jonfis kepada media di Jakarta beberapa hari lalu.
Mengenai harga mobil China yang lebih murah dan punya fitur berlebih, Jonfis menjelaskan bila hal tersebut tidak begitu masalah. Menurut dia, paling penting saat membeli mobil adalah soal harga ketika akan kembali menjualnya.
"Ketika mobil bisa dibeli sekarang, kalau dijual kembali bagaimana. Disitulah nilai mobil-mobil yang 'benar', yang sudah ada dan bisa terlihat. Kecuali dia (mobil China) punya line-up yang panjang," kata Jonfis.
Maksud dari line-up panjang yang disebut Jonfis, adalah guna mempertahankan pasar mobil China harus punya produk yang berkelanjutan. Karena dengan harga yang cenderung lebih murah dibandingkan mobil Jepang, otomatis harga jualnya kembali akan sangat turun.
Kondisi tersebut, menurut Jonfis dinilai akan memberatkan konsumennya bila ingin pindah haluan menggunakan mobil keluaran Jepang, baik dalam kondisi baru maupun bekas. Karena itu, pihak pabrikan sebaiknya menyiapkan produk-produk lain agar konsumenya tetap bisa menikmati apa yang dari awal disajikan.
" Mobil China itu kalau mau tukar tambah larinya kemana ? Mungkin ke merek China lagi, sebab kalau dia belu sekarang harga Rp 160 juta, ketika dijual itu jadi berapa. Lalu pindah ke mobil Jepang, pasti bakal banyak nomboknya, malah rugi," ucap Jonfis.