Bergantung di China, Nissan Keluar Modal Rp 13,3 Triliun
Produsen Jepang Nissan meningkatkan ketergantungannya di pasar China, mengingat wilayah yang selama ini menjadi andalannya Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda penyusutan. Begitu juga dengan ketidakpastian pasar Eropa pasca Brexit.
Nissan bakal menggelontorkan 100 miliar yen atau 13,3 Triliun buat membangun pabrik perakitan baru, dan memperluas lini produksi di dua pabrik. Tujuannya meningkatkan 30 persen kapasitasnya di 2020, mengutip Nikkei, Senin (17/9/2018).
Ini bakal membuat Nissan menjadi produsen mobil Jepang pertama, dengan kapasitas tahunan di China melebihi 2 juta unit. Saat ini mereka punya volume sekitar 1,6 juta unit per tahun.
Di China Nissan beroperasi lewat usaha patungan dengan perusahaan milik negara Dongfeng Motor Group. Mereka sudah memasuki tahap akhir pembicaraan soal pabrik perakitan baru di Wuhan, China tengah di Provinsi Hubei.
Fasilitas tersebut, yang akan menjadi pabrik kesembilan Nissan di sana, dan diharapkan memiliki kapasitas produksi 200.000 unit hingga 300.000 unit mobil per tahun.
Dua pabrik eksisting lain juga akan di-upgrade adalah pabrik Dongfeng di Changzhou, Provinsi Jiangsu, dengan tambahan line baru buat 120.000 mobil penumpang per tahun. Kemudian pabrik kendaraan komersial di kota Zhengzhou Provinsi Zhengzhou, dengan volume 100.000-150.000 unit mobil penumpang.
Nissan sendiri menjual 1,52 juta kendaraan di China tahun lalu, naik 12 persen dari 2016, merebut posisi Hyundai asal Korea Selatan di tempat ketiga, di belakang Volkswagen dan General Motors.
Sedan Sylphy menjadi jadi andalan Nissan, diertai dengan pertumbuhan model SUV. Perusahaan berencana untuk menggunakan kapasitas tambahan, buat meningkatkan produksi mobil mass-market, serta kendaraan listrik, sebagai persiapan program mempromosikan kendaraan energi baru dari 2019.
Volkswagen berencana akan menghabiskan 10 miliar euro atau Rp 174 triliun untuk memproduksi dan mengembangkan kendaraan energi baru seperti mobil listrik, dan plug-in hibrida di China pada 2025.
Kemudian Toyota, pembuat mobil terbesar ketiga di dunia, juga bakal menginvestasikan sekitar 100 miliar yen di China, untuk meningkatkan produksi kendaraan rendah emisi sebesar 20 persen, seiring dengan meningkatnya permintaan.
Honda terlihat meningkatkan kapasitas produksi mobil China 20 persen setelah memperbaiki satu dari dua lini di pabrik Guangzhou yang dioperasikan oleh Guangqi Honda Automobile, sebuah usaha patungan dengan Guangzhou Automobile Group, pada paruh pertama tahun 2019. Produksi tahunan Guangqi Honda di negara itu akan meningkat. menjadi 720.000 unit dari 600.000 unit.
Honda juga akan memulai operasi pada fasilitas lainnya di China, yang sedang dibangun oleh perusahaan patungan lain. Produksi mereka bakal mencapai angka 1,32 juta unit dari 1,08 juta saat ini.
Produsen otomotif roda empat mulai melongok China, sejak menjadi pasar terbesar otomtoif di dunia yang sebelumnya dipegang Amerika Serikat. Negeri Tirai Bambu ini sudah menyumbang hampir 30 persen dari penjualan unit global Nissan dan Honda.