Hitung Waktu Perjalanan Jalur Trans-Jawa, Tol Versus Pantura
Peresmian Tol Trans-Jawa yang membentang dari Merak sampai Probolinggo menjanjikan akses yang lebih baik bagi warga yang hendak melakukan perjalanan pulau terpadat di Indonesia. Fasilitas ini juga menjadi sejarah baru, terkoneksinya jalan bebas hambatan ( tol) di Pulau Jawa, sejak infrastruktur pertama Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) diresmikan Presiden Soeharto pada 1978.
Menandai sejarah ini, Kompas.com melakukan perjalanan komparasi antara tol (baru) dengan jalan biasa melintasi Jalur pantai utara (pantura). Perjalanan kami dari Jakarta menuju Surabaya, menggunakan dua mobil setipe, bertolak mulai dari Rest Area Tol Cikampek, Km 5, Kamis (3/1/2019).
Titik start di Km 57 menjadi pilihan paling logis mempertimbangkan proses konstruksi elevated road, LRT, dan kereta cepat yang masih berlangsung saat ini. Perjalanan dari Jakarta menuju Cikarang Barat, via Tol Cikampek, menjadi tak menentu waktu tempuhnya. Diputuskanlah Km 57 menjadi awal perjalanan Komparasi Trans-Jawa ini sehingga secara kualitatif lebih adil dalam perhitungan.
Tim A akan melakukan melanjutkan perjalanan via tol yang sudah terkoneksi sampai Surabaya. Melintasi Cikarang Utama-Palimanan-Pemalang-Batang-Semarang Salatiga-Kartasura Wilangan-Kertosono Jombang Mojokerto Surabaya.
Sementara tim B keluar tol dari Cikampek Barat, melanjutkan perjalanan via jalan biasa (non-tol), melintasi Subang-Indramayu-Cirebon-Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Kendal-Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Tuban-Lamongabn-Gresik-Surabaya.
Kedua mobil melintasi jalan dengan karakter yang berbeda-beda. Tol dengan karakteristisk statis dan membosankan, sedangkan jalur pantura yang ramai dengan pengguna jalan lain, terutama kendaraan berukuran besar, seperti truk dan bus.
Lama perjalanan ini juga kami ukur menggunakan stopwatch. Supaya relatif adil, penghitungan waktu dilakukan hanya ketika mobil dalam kondisi berjalan. Maksudnya, ketika setiap tim harus minggir untuk istirahat atau berganti sopir, stopwatch akan dihentikan sementara (pause), kemudian dilanjutkan lagi penghitungan, begitu kembali berjalan.
Dari perhitungan yang kami lakukan, ternyata terjadi perbedaan sangat kontras dalam hal waktu jarak tempuh antara kedua tim. Sudah pasti, tim A yang menggunakan jalur Tol Trans-Jawa tiba lebih dulu di Surabaya, menuju titik temu di Hotel Best Western, berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Surabaya.
Tim A, berdasarkan catatan stopwatch dari Km 57-Hotel Best Western (Surabaya), menempuh waktu relatif singkat, hanya 9 jam 43 menit. Hasil ini cukup mengejutkan kami, padahal selama perjalanan tim selalu menjaga kecepatan rata-rata sesuai regulasi keselamatan yang berlaku di tol, yakni 60-100 kilometer per jam.
Sementara tim B harus bersusah payah menempuh waktu 15 jam 41 menit untuk menuju lokasi yang sama. Situasi jalan menjadi penentu utama perbedaan waktu yang cukup kontras antara kedua jalur ini. Tim B yang melewati jalan biasa (non-tol) harus mengatur kecepatan sedemikian rupa, sambil menjaga keselamatan bersama kendaraan lain. Selain itu, ketika malam tiba, bus malam dan truk besar mulai berkeliaran di jalan, membuat laju perjalanan sulit mencapai kondisi konstan.
Kalau berdasarkan jarak tempuh yang dilalui kedua tim, sebetulnya antara jalur tol dan pantura relatif tidak terlalu jauh bedanya. Dari hitungan di trip meter masing-masing kendaraan, Tim A yang menempuh Jalan Tol Trans-Jawa melahap 724 km jalan dari Km 57-Hotel Best Western, Surabaya. Sedangkan Tim B menempuh jarak 737,9 km menggunakan jalur pantura, dari titik awal menuju lokasi yang sama.
Simak terus pembahasan kami soal Komparasi Trans-Jawa, selain informatif, bisa menjadi bekal pengetahuan berharga menjelang musim mudik Lebaran 2019, yang bakal jatuh pada Mei mendatang.