Ekspor Menurun, Toyota Mencoba Bertahan Positif Tahun Ini
- Capaian ekspor Toyota dari Januari hingga April 2019 tercatat turun. Kondisi ini, kata Toyota, disebabkan gejolak perekonomian global serta adanya tendensi proteksionisme di beberapa negara yang berdampak pada ekspor otomotif nasional.
Capaian Toyota di empat bulan pertama 2019 tersebut sebesar 61.600 unit. Penurunan sebesar enam persen jika dibandingkan waktu yang sama tahun lalu atau sebesar 65.700 unit.
Penyebab pasti penurunan ini menurut Toyota dikarenakan kondisi perekonomian di negara destinasi tujuan terutama Timur Tengah dan Filipina.
Naik turunnya kondisi perekonomian negara tujuan ekspor merupakan hal di luar kendali kita dan tidak terhindarkan. Namun demikian, hal-hal seperti ini tentu telah kami perhitungkan dalam manajemen risiko, ucap Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( TMMIN) Bob Azam, dalam keterangannya, Jumat (23/5/2019).
Produksi Toyota Indonesia Tidak Terpengaruh Kondisi Politik
Dari total volume CBU Toyota, kontributor terbesar masih dipegang oleh Fortuner dengan volume 14.400 unit atau 23 persen dari total volume ekspor. Model kedua adalah Rush dengan volume 12.600 unit atau 20 persen.
Model ketiga adalah Agya dengan volume 10.800 unit atau 18 persen. Model lainnya adalah Vios sebanyak 7.500 unit, Avanza 8.400 unit, Innova, Sienta, Yaris serta Town Ace dengan total volume 7.900 unit.
Meski mengalami penurunan selama caturwulan pertama 2019, Toyota tidak menurunkan target ekspor hingga akhir tahun, yakni bertahan positif tumbuh 5 persen. Toyota meyakini target ini masih bisa terpenuhi.
Belum ada koreksi terhadap target ekspor. Kami masih optimistis target pertumbuhan di atas lima persen dapat tercapai, ucap Bob.
Bob mengungkapkan untuk mencapainya, mulai pertengahan tahun akan ada ekspoansi ekspor ke beberapa negara tujuan baru di kawasan Amerika Tengah. Tambahan permintaan pasar fleet dari negara-negara Timur Tengah juga diharapkan dapat membantu tercapainya target yang ditetapkan.
Persaingan yang semakin sengit ditambah dengan kondisi ekonomi global yang kurang stabil membuat kami harus semakin proaktif dalam meningkatkan performa ekspor. TMMIN membuat divisi khusus yang bertugas mencari pasar tujuan ekspor baru sebagai upaya dalam menjawab tantangan tersebut, ucap Bob.