Empat "Penyakit" Pemilik Moge Baru
Beberapa pemilik moge, terutama yang baru menggunakan motor ber-cc besar, kerap melakukan kebiasaan negatif. Efeknya bisa merugikan diri sendiri karena melakukan tindakan yang tidak berfaedah.
Kang Toni, pemilik bengkel spesialis moge T2M di wilayah Bambu Asri Jakarta Timur, mencoba berbagi pengalaman, soal perilaku-perilaku salah pemilik moge baru.
Pertama, mengabaikan urusan oli mesin. Padahal, ini yang paling penting. Toni menyontohkan salah satu konsumen, pemilik Kawasaki ER-6n, yang harus rela motornya turun mesin, karena jantung pacunya tak terlumasi dengan baik.
Olinya kering, gara mengganti spesifikasi oli. Sebenarnya tidak apa-apa, hanya saja kebiasaan mengecek dan mengganti oli juga diubah sesuai jenis olinya. Misalnya pakai 10W-40 setiap 2.500 kilometer ganti, jika menggunakan yang lebih encer lagi, penggantiannya bisa lebih pendek dari biasanya, ujar Toni kepada KOMPAS.com, Rabu (3/10/2018).
Kedua, banyak yang asal geber motornya. Perilaku ini seharusnya tak dilakukan apalagi buat mereka yang baru menggunakan moge.
Ini juga tidak boleh, khususnya buat mereka yang baru naik kelas dari motor 250cc ke 650cc ke atas. Pasalnya porsi dan tenaga motor beda, dan kadang banyak yang celaka dari situ karena tak bisa mengontrolnya dengan baik," kata Toni.
Ketiga, menganggap remeh aki. Padahal, motor besar saat ini sudah berteknologi injeksi dan sangat bergantung dengan aki.
Dibanding dengan oli, biker lebih sering tak aware soal aki. kalau oli masih banyak yang paham. Padahal aki harus dikontrol terus, dan sebaiknya motor dilengkapi dengan volt meter yang dibeli di pasar aftermarket, ucap Toni.
Keempat, terlalu latah gonta-ganti komponen dan penambahan aksesori, tanpa memperhatikan soal kebutuhan dan nilai fungsionalitasnya.
Baiknya tahan diri, dan lebih memperhatikan penggantian komponen yang menambah keamanan dan kenyamanan. Namun, kembali lagi pada masing-masing individu, ucap Toni.