Dollar Naik, Sampai Kapan Honda Mampu Tahan Harga Motor?
Melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar AS menembus Rp14.000-an, menjadi kekhawatiran buat pelaku industri otomotif roda dua dalam negeri, salah satunya PT Astra Honda Motor (AHM).
Namun, mereka mengaku masih bisa menanggulangi permasalahan tersebut, dengan melakukan efisiensi sehingga cost produksi bisa ditekan. Efeknya, harga motor yang diperhitungkan bisa naik, urung dilakukan, sehingga tak membebani konsumen.
Pasalnya, sampai saat ini bahan baku atau raw material untuk membangun sepeda motor, masih mengandalkan pasokan impor.
Raw material-nya masih diimpor itu steel, dan nilai tukar sampai Rp 14.200, besar itu. Kami harus memikirkan strateginya, kayanya kalau semua dibebankan ke konsumen tidak mungkin, jadi aku ada VAVE (Value Analysis Value Engineering), efisiensi lah, ucap David Budiono, Production, Engineering, and Procurement Director AHM kepada KOMPAS.com, Senin (21/5/2018).
Iya itu yang membuat harga tetap tidak naik, efisiensi dari dalam. Kami buat efisiensi, dari operasional, misalnya sekarang itu otomatisasi dan pengurangan utilitas. Walaupun tidak signifikan tapi lumayan (akibat pengaruh dollar AS naik), ujar David.
Pertanyaan selanjutnya, sampai kapan AHM bisa menahan untuk menaikkan harga jual motornya, untuk membagi kesulitan dengan konsumennya?
David kemudian mengakui, kalau memang beban tersebut tak bisa sepenuhnya di serap oleh mereka. Namun sampai kapan mereka kuat menahannya, David tak menyebut waktu pastinya.
Namun kan jika 100 persen kami absorb sendiri kayanya tidak mungkin (beban biaya karena dolar naik), iya kan tidak mungkin juga kan, kata David.
Iya nanti kami lihat saat ekonominya memungkinkan dan kami sudah tidak tahan lagi baru kami naikkan (harga motor Honda), tapi saat ini kami tahan . Ketika kami sudah tidak bisa tahan, apa boleh buat, kata David.