Daihatsu Masih Hutang Produksi Transmisi Lokal Indonesia?
Sebagai pemain besar yang cukup sukses jualan segmen mobil murah atau Program Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau ( KBH2/ LCGC), Daihatsu ternyata masih hutang komitmen kepada pemerintah.
Mereka masih belum memproduksi lokal komponen utama seperti transmisi, sebagai salah satu dari empat bagian terpenting dalam industri otomotif. Padahal program KBH2 sudah berjalan kurang lebih lima tahun sejak 2013.
Iya betul kamu benar, itu ada hubungannnya sama volume dan teknologi. Transmisi itu mesin-mesinnya cukup mahal dan di Jepang pun, tidak semua perusahaan investasi sendiri, jadi semua dikumpulin, ujar Pradipto Sugondo, Executive Officer R&D Astra Daihatsu Motor (ADM) kepada KOMPAS.com, Kamis (9/8/2018).
Pradipto mengakui, untuk melokalisasi transmisi biayanya cukup besar, dan tak visible jika volume penjualannya masih sedikit.
Ketika saya dengar, kalau tidak salah itu harus mencapai penjualan 1 juta unit, untuk membuat transmisi itu visible dilakukan lokal oleh satu produsen kendaraan bermotor roda empat. Jadi jika masih di bawah itu lebih baik impor, tutur Pradipto.
Jangan lupa, ketika berbicara tentang Daihatsu, Toyota termasuk di dalamnya. Pasalnya, beberapa produk yang diproduksi oleh Daihatsu, dipasok juga ke induk perusahaannya tersebut, dan dijual dengan merek dan nama berbeda, seperti Agya-Ayla dan Calya Sigra.
Berdasarkan data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sejak 2013 lalu hingga semester I/2018 empat produk KBH2 mencapai 664.420 unit. Jadi butuh sekitar 400.000 lagi untuk bisa terealisasi.
Namun, ketika dikatakan itu sebagai kekurangan, Pradipto menyebut komitmen tersebut ada yang sebatas sukarela. Jadi angkanya tidak semuanya mandatory (kewajiban), jadi sesuai kemampuan.
Saat ini pemerintah sudah mendeklarasikan bakal memasuki tahap kedua program mobil murah alias LCGC. Tentu saja menunggu pengesahan harmonisasi pajak baru berdasarkan emisi.
Namun tunggu dahulu, ada komitmen-komitmen yang harus dipenuhi oleh peserta program tersebut, satu di antaranya adalah lokalisasi komponen utama kendaraan seperti mesin, transmisi, body, dan axle.
Pabrikan lain seperti Suzuki dan Honda sudah memiliki fasilitas produksi transmisi. Sementara Nissan-Datsun, sudah melakukan realiasi dengan pembangunan pabrik mesin dan transmisi di Purwakarta. Sedangkan, Daihatsu dan Toyota, penguasa pasar mobil murah di Indonesia, masih impor.